
Seperangkat alat panah diberikan pada kami. Mataku terpukau melihat rapihnya barisan kami dihiasi warna-warni sayap yang memenuhi ruang itu. Setiap sayap memiliki keunikan dan warna yang menjadi simbol karakter mereka. Aku? Aku terlahir tanpa pigmen warna, hanya sayap putih polos yang menemaniku. Salah seorang malaikat besar dengan sayap hijau mendekatiku dan memberikan tempat berbulu putih yang berisikan panah sambil tersenyum dan memberiku selamat.
“Yang baru saja kalian lewati hanyalah gerbang utama. Namun, dengan diberikannya panah ini, kalian akan memasuki dunia yang sebenarnya,” ujar malaikat itu.
Jiwaku saja sudah hampir terenggut selama memasuki gerbang utama itu. Setiap pelatihan terasa nyata. Namun, itu hanyalah sebuah ilusi yang dibuat seperti realita. Kini sayapku siap menerjang realita di dunia. Mungkin siap. Karena kini ku telah menjadi perpaduan antara material dan immaterial. Menjadi suatu bagian dari realitas.
Comments
Post a Comment