Kau yang selalu menjadi tirani teratas Sungguh aneh keberadaanmu. Kau yang memaksaku untuk selalu berjalan tanpa henti. Ketika kucoba tidur, kau lenyap. Ku kembali berlari mengejarmu, sebuah rutinitas yang seolah tak pernah lepas dariku. Entah aku yang terlalu lamban atau memang kau yang bergerak terlalu cepat. Cepat bahkan kurang cepat untuk menggambarkan kecepatanmu. Yang kutahu kau telah mampu memisahkanku dari aku yang lama. Menjadikanku yang lama momok bagi diriku. Dia yang berdiri di hadapan kaca menangisi tubuhnya yang berkelok mengikuti garis tulang. Setiap tonjolan tulangnya terlihat jelas. Atau dia yang membuang air mata ketika melihat orang tuanya berpisah. Murah sekali tetesan air matanya. Dia yang menjadi bahan ejekan karena warna kulitnya berbeda. Dia yang ditinggalkan karena tidak seiman. Dia yang selalu canggung. Bodoh dalam mengambil keputusan. Selalu dijadikan boneka yang murah dan mudah digantikan. Selalu percaya dengan setiap kepala yang beredar di sekitarnya. M