Skip to main content

Berhenti

Terik matahari menyengat kepala
Kini ia duduk memerhatikan orang-orang
Mendengarkan percakapan yang terjadi di sekitarnya
Suara-suara semakin lama semakin pudar
Takada lagi alasan untuk memabukkan diri
Pun takada lagi alasan untuk memertahankan diri dalam kesadaran

Orang-orang silih berganti di sekelilingnya
Ia masih duduk di sana
Tak lagi memerhatikan percakapan
Namun masih memertahankan kesadaran
Ia menunggu turunnya hujan
Agar setidaknya ada yang bisa ia lakukan
Setidaknya ia bisa menghitung rintik hujan

Cuaca terlalu terik bagi awan untuk menurunkan hujan
Takada hujan yang menemani
Ia masih duduk di sana
Tak melakukan apa-apa

Tak ingin lelap, tapi terjaga pun sulit
Pun sebenarnya keduanya tak pernah ada artinya
Sehingga ia memilih untuk tetap duduk di sana
Tanpa melakukan apa pun

Berendam dalam pikirannya
Namun takada yang ditemuinya di sana
Hampa
Semakin lama semakin sesak dipukuli oleh kekosongan
Takada alasan untuk beranjak, pun takada alasan untuk bertahan
Takada alasan untuk apapun
Selain duduk dalam kesadarannya

Abu. Biru. Merah. Hijau. Kuning.
Berbagai warna berkeliaran di sekitarnya
Tanpa warna, ia tetap duduk di sana
Menyadari dirinya yang tak berwarna di sekitar kilauan berwarna-warni di sekitarnya

Sedih. Bahagia. Bingung.
Berbagai ekspresi hidup di sekitarnya
Ia duduk di sana
Menyadari takada rasa yang tersisa dalam dirinya

Hidup. Mati.
Ia tak hidup, pun tak mati
Hanya berhenti
Duduk di sana
Tak melakukan apa-apa
Tak pernah melakukan apa-apa
Tampaknya pun tak akan pernah melakukan apa-apa

Comments

Popular posts from this blog

Rekonstruksi Realitas Dalam The Truman Show

     The Truman Show merupakan film yang mencerikatan tentang bagaimana seorang lelaki, Truman Burbank (Jim Carrey), yang sebenarnya lahir, dan tumbuh dalam pertunjukan televisi. Pada akhir filmnya, Truman berusaha untuk mengetahui batas “panggung” pertunjukannnya, dan keluar dari pertunjukan televisi tersebut. Pengambilan sudut pandang kamera dalam film ini juga menggunakan sudut pandang kamera tersembunyi. Sepanjang film juga ditayangkan iklan (beer, coklat) untuk memperjelas posisinya sebagai pertunjukan televisi komersial.   The Truman Show secara tersirat juga menggambarkan bagaimana realitas yang ada di sekeliling kita, sejak kita lahir hingga tumbuh dewasa, merupakan hasil konstruksi yang dibuat oleh orang-orang di sekitar kita. Kita memercayai sesuatu ketika banyak orang yang juga percaya akan hal itu. Seperti yang dikatakan Christof, “we accept the reality of the world with whick we’re presented. It’s as simple as that” [ Scene ketika Cristof menjelaskan Mika, mengapa Truman...

Are We Really Change?

“You have changed” “You’re not the same person I used to know” “Now you’re just somebody that I used to know” Those lines that we used to hear in each critical conflict between couple, bestfriend, or I should said in a dramatical situation. Sometimes, change could be a big challenge, that you have to sacrifice something important in your life, saying yes to one thing that means no to many things, standing on the different perspective of your life. If we looked into how a person that totally out of shape of his body could turned into a deadly strong and shaped one. How? Sacrifice. He sacrifice his time, fatigue, he conquered himself to be a better one. He believed that you don’t have to be great to start, but you have to start to be great. He believed in progress, that everything has a process. The more he trained, the bigger progressed he will received. Train makes progress, progress makes perfect. The more you open your mind, the more often you change your perspecti...

Shattered Glass dan Jurnalistik

  Film Shattered Glass (2003) yang disutradai Billy Ray ini menceritakan tentang seorang jurnalis muda bernama Stephen Glass (Hayden Christensen) yang bekerja di New Republic. Harian New Republic ini lebih cenderung ke arah politik, dan menjadi media acuan para petinggi politik dan pihak kepresidenan. Film ini memberikan perspektif bagaimana cerita di ruang editorial koran ini sendiri. Ketegangan ini bermula ketika pihak hotel menelpon pihak koran mengenai detail dalam berita tulisan Stephen yang dinilai salah. Micheal, selaku editor dalam struktur redaksi tersebut, memanggil Stephen untuk memastikan tulisannya. Stephen akhirnya mengaku, dia tidak memverifikasi data tersebut kembali, melainkan hanya menyimpulkan apa yang dia lihat dan menjadikannya sebagai fakta untuk bahan berita. Micheal tidak memecat Stephen atas apa yang ia lakukan. Micheal memang dikenal dalam lingkup redaksi tersebut sebagai sosok editor yang selalu melindungi pegawainya atas karya-karya mereka, dan bertanggu...