Skip to main content

Berhenti

Terik matahari menyengat kepala
Kini ia duduk memerhatikan orang-orang
Mendengarkan percakapan yang terjadi di sekitarnya
Suara-suara semakin lama semakin pudar
Takada lagi alasan untuk memabukkan diri
Pun takada lagi alasan untuk memertahankan diri dalam kesadaran

Orang-orang silih berganti di sekelilingnya
Ia masih duduk di sana
Tak lagi memerhatikan percakapan
Namun masih memertahankan kesadaran
Ia menunggu turunnya hujan
Agar setidaknya ada yang bisa ia lakukan
Setidaknya ia bisa menghitung rintik hujan

Cuaca terlalu terik bagi awan untuk menurunkan hujan
Takada hujan yang menemani
Ia masih duduk di sana
Tak melakukan apa-apa

Tak ingin lelap, tapi terjaga pun sulit
Pun sebenarnya keduanya tak pernah ada artinya
Sehingga ia memilih untuk tetap duduk di sana
Tanpa melakukan apa pun

Berendam dalam pikirannya
Namun takada yang ditemuinya di sana
Hampa
Semakin lama semakin sesak dipukuli oleh kekosongan
Takada alasan untuk beranjak, pun takada alasan untuk bertahan
Takada alasan untuk apapun
Selain duduk dalam kesadarannya

Abu. Biru. Merah. Hijau. Kuning.
Berbagai warna berkeliaran di sekitarnya
Tanpa warna, ia tetap duduk di sana
Menyadari dirinya yang tak berwarna di sekitar kilauan berwarna-warni di sekitarnya

Sedih. Bahagia. Bingung.
Berbagai ekspresi hidup di sekitarnya
Ia duduk di sana
Menyadari takada rasa yang tersisa dalam dirinya

Hidup. Mati.
Ia tak hidup, pun tak mati
Hanya berhenti
Duduk di sana
Tak melakukan apa-apa
Tak pernah melakukan apa-apa
Tampaknya pun tak akan pernah melakukan apa-apa

Comments

Popular posts from this blog

Rekam Jejak Ganja Sintetis

Mendengar dan mendapat informasi dari beberapa pengguna, seperti R dan T tentang penggunaan ganja sintetis. Mereka mengatakan bagaimana mendapatkan “barang” (ganja sintetis) itu dan keduanya mengakui betapa mudah mendapatkannya. Dari sana, kami menelusuri sebenarnya bagaimana awal mula atau rekam jejak mengenai ganja sintetis ini. Sebagai aktivis yang bergerak untuk melegalkan ganja, Dhira Narayana dari Lingkar Ganja Nusantara (LGN), mengaku pernah mendapatkan ganja sintetis ini sekitar tahun 2012 yang ia dapatkan dari temannya. Ia pun mengaku tertipu karena ternyata efek yang dihasilkan berbeda dari yang alami. Baginya ganja sintetis itu lebih berbahaya. “Ya, pertama kali make ketipu di tahun 2012 dibawa sama temen dibilangnya ganja. Ketika saya pakai awalnya gelap. Rasanya seperti melihat langit tapi kayak cahaya-cahaya. Saya jadi parno, mau balik ke dunia biasa gak bisa dan saya ketakutan. Cuma 5-10 menit dan hilang. Saya gak mau make lagi, yang pasti itu berbahaya karena k...

Gangguan Kesehatan Akibat Synthetic Cannabinoid

Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 2015, berbagai gangguan kesehatan atau efek samping yang terjadi akibat menggunakan Synthtetic Cannabinoid (SC) adalah agitasi (35.3%), kelelahan (26.3%), muntah (16.4%), kebingungan (4.2%). Efek lainnya adalah kejang, hingga bisa sampai pada tahap kematian, terutama pada pengguna yang tingkat adiksinya tinggi. Arifah Nur Istiqamah, Kepala Prodi di Jurusan Psikiatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran sekaligus Psikiatri Umum dan Adiksi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, menjelaskan bahwa pada SC juga bisa terjadi adiksi yang berlebih. “Adiksi yang berlebih ini disebabkan karena semakin ketagihan maka kebutuhan akan itu (SC) semakin meningkat. Apabila sampai tahap itu akan sulit disembuhkan. Akan semakin sulit apabila penggunanya adalah pada usia-usia muda.” Jelas Istiqamah. Hari Nugroho, bagian rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional (BNN), juga memaparkan bah...

Danau Buatan

Kuselalu membayangkannya sebagai lautan. Namun, ia tak ubahnya hanyalah sebuah danau buatan. Seketika, danau tersebut menarikku ke memori 14 tahun yang lalu. Kala itu, aku masih mengenakan seragam putih-abu, duduk di batu yang sama, dengan kekasih yang berbeda. Dalam percakapan itu, aku berkisah tentang ketakutanku memasuki dunia kuliah, ketakutanku akan sebuah perubahan, ketakutanku menjadi dewasa. Aku menangis terisak-isak. Ia merangkul dan menenangkanku. Tak lama, ada seorang anak berjualan tisu. Kami pun serentak tertawa. “Kayaknya kamu sangat butuh ini,” ujarnya. Ia menyeka air mataku dengan tisu kering yang baru dibelinya dari bocah seharga Rp 5.000. Ia memelukku, seketika tangisku pun berubah menjadi tawa. Mengingat segalanya kembali, dalam ruang yang sama, dengan waktu yang berbeda, membuatku menyadari seberapa lugunya kisahku dan ia di masa lalu, seberapa membahagiakannya. Mengingatnya kembali, membuatku rindu pada momen itu. Aku tak mungkin rindu pada lelaki itu,...