Skip to main content

Shattered Glass dan Jurnalistik

 

Film Shattered Glass (2003) yang disutradai Billy Ray ini menceritakan tentang seorang jurnalis muda bernama Stephen Glass (Hayden Christensen) yang bekerja di New Republic. Harian New Republic ini lebih cenderung ke arah politik, dan menjadi media acuan para petinggi politik dan pihak kepresidenan. Film ini memberikan perspektif bagaimana cerita di ruang editorial koran ini sendiri. Ketegangan ini bermula ketika pihak hotel menelpon pihak koran mengenai detail dalam berita tulisan Stephen yang dinilai salah. Micheal, selaku editor dalam struktur redaksi tersebut, memanggil Stephen untuk memastikan tulisannya. Stephen akhirnya mengaku, dia tidak memverifikasi data tersebut kembali, melainkan hanya menyimpulkan apa yang dia lihat dan menjadikannya sebagai fakta untuk bahan berita. Micheal tidak memecat Stephen atas apa yang ia lakukan. Micheal memang dikenal dalam lingkup redaksi tersebut sebagai sosok editor yang selalu melindungi pegawainya atas karya-karya mereka, dan bertanggung jawab atas setiap berita yang dipublikasikannya.

Masalah baru pecah ketika Micheal bersinggung paham dengan atasanya, dengan itu Micheal dipecat dari redaksi New Republic dan digantikan dengan Charles Lane (Peter Sarsgaard) atau biasa dipanggil Chuck. Chuck bukanlah tipe orang seperti Micheal, dia sangat menjaga setiap berita yang akan diterbitkan, dan tidak akan berpihak kepada rekan-rekan jurnalisnya. Chuck percaya bahwa tugasnya adalah menjaga reputasi media dan setiap berita yang diterbitkannya, bukan menjaga rekan-rekannya.
Stephen beberapa kali menghasilkan karya selama Chuck menjadi editor. Salah satu karya Stephen yang bisa disebut paling berhasil berjudul Hack Heaven, sebuah artikel yang menguak tentang organisasi dan pesta besar dikalangan hacker muda. Artikel tersebut juga menceritakan bagaimana sebuah perusahaan membayar jutaan dollar kepada seorang remaja agar berhenti hacking sistem keamanan perusahaan mereka.

Di sisi lain, Adam Penenberg (Steve Zahn), jurnalis dari Forbes penasaran dengan berita yang disampaikan dan mencari tahu lebih dalam. Adam merasa ada yang aneh ketika tidak dapat menemukan pelaku-pelaku dan perusahaan yang ada dalam Hack Heaven. Sebuah perusahaan yang dikatakan sebagai perusahaan besar dalam tulisan tersebut pun tidak dapat Adam temukan. Akhirnya Adam menelpon pihak New Republic dan mempertanyakan tentang sumber-sumber yang Stephen gunakan untuk membuat tulisan tersebut. Stephen dipanggil Chuck dan memberikan beberapa sumber yang kemudian Chuck serahkan kepada Adam. Sayangnya, Adam menelpon kembali untuk memberitahu bahwa semua sumber yang mereka berikan sulit dihubungi dan terasa tidak valid. Adam juga bertujuan membuat berita mengenai keganjalan dalam tulisan yang diterbitkan New Rebuplic yang tentunya akan sangat mempengaruhi dan mengguncang reputasi media tersebut.

Chuck mempertanyakan beberapa kali kepada Stephen mengenai kebenaran berita tersebut dan mengajak Stephen untuk menusuri kembali tempat dan kejadian yang telah berlalu tersebut. Hasil mereka nihil. Stephen mengakui bahwa sesungguhnya dia tidak melihat dan terlibat secara langsung melainkan hanya diceritakan oleh beberapa sumber. Stephen membuat tulisannya dengan sudut pandang pertama agar lebih menarik dan berbumbu. Kejujuran Stephen jelas membuat Chuck marah. Chuck mengistirahatkan Stephen untuk tidak bekerja selama dua tahun. Kemudian Chuck membuka seluruh tulisan-tulisan Stephen yang pernah diterbitkan dan menemukan kebanyakan diantaranya berisi sisipan data-data dan fakta yang tidak valid. Chuck memberhentikan Stephen dari pekerjaannya.

Caitlin Avey (Chloë Sevigny), salah seorang jurnalis terbaik di New Republic yang juga pacar dari Stephen menghampiri Chuck dan membela Stephen habis-habisan. Chuck akhirnya memberi tahu Caitlin mengenai permasalahannya secara menyeluruh, dan memberi tahu bahwa Forbes akan segera menerbitkan tulisan mengenai ketidak-validan tulisan Hack Heaven.

Keesokan paginya, Chuck memasuki ruang editorial dimana seluruh rekannya sedang duduk di meja oval dan memberikan Chuck sebuah kertas. Kertas tersebut berisi permintaan maaf pihak New Rebuplic kepada pembaca mengenai kesalahan yang terdapat dalam publikasinya. Surat tersebut berisi tanda tangan dari rekan-rekan redaksinya, Chuck tersenyum melihat hal tersebut.

Film ini diangkat dari kisah nyata mantan seorang jurnalis Stephen Glass yang saat ini fokus di bidang Hukum. Tulisan Adam yang berjudul Lies, Damn Lies, and Fiction merupakan pelatuk yang memacu tulisan-tulisan Stephen untuk diteliti lebih lanjut kebenarannya. Sekitar 27 dari 41 karya Stephen dinyatakan mengandung unsur yang tidak valid.

“Jurnalism is just the art of capturing human behavior”. Salah satu kalimat pembuka yang membuat saya langsung terhanyut dan penasaran mengenai film Shattered Glass. Secara etimologi, jurnalistik berdiri atas dua kata, jurnal dan istik. Kata jurnal merupakan sebuah kata yang dalam bahasa Perancis memiliki artian catatan harian. Sedangkan kata istik mengarah ke kata estetika yang memiliki arti ilmu pengetahuan mengenai keindahan. Jika dilihat dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa jurnalistik merupakan sebuah ilmu membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari yang memiliki nilai seni dalam setiap karyanya sehingga dapat menarik khalayak banyak untuk dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kembali ke masa lalu, bisa dilihat bagaimana manusia memang selalu tertarik pada keindahan dan komunikasi. Manusia memulai komunikasi melalui seni pahat, seni musik, bagaimana manusia menulis kesehariannya melalui bahasa ukiran-ukiran yang ada di dinding dalam goa.
Salah satu elemen dalam jurnalistik juga menyebutkan bagaimana seorang jurnalis harus berupaya membuat hal penting menarik dan relevan. Keindahan tersebut dapat wartawan peroleh dari kepandaiannya dalam menggunakan bahasa sebagai jembatan mengenai realitas yang penting bagi masyarakat umum. Paradigma yang wartawan pilih dalam menentukan perspektif juga menentukan pengemasan karya-karya yang disampaikannya.

“Jurnalism is about pursuing the truth”. Kalimat lain yang keluar dari film Shattered Glass ini. Kebenaran merupakan elemen paling dasar dalam setiap karya jurnalistik. Kebenaran juga merupakan unsur yangmembedakan karya jurnalistik dari karya sastra. Seorang wartawan tentu memperoleh banyak informasi berupa fakta dan data yang terpenggal-penggal. Informasi-informasi ini kemudian ditakar kadar kebenarannya barulah kemudian dapat ia sebarkan dalam bentuk kesatuan yang komperhensif.

Kebenaran sendiri memiliki beberapa sifat. Yang pertama adalah pluridimensial, dimana pernyataan tersebut dapat mencakup banyak ruang dan waktu. Yang kedua adalah hipotitekal, atau dugaan-dugaan berdasarkan pikiran mengenai realitas. Karena pada dasarnya kita tidak pernah bersentuhan langsung dengan realitas melainkan hanya membentuk pikiran-pikiran logis berdasarkan hal-hal yang kita tangkap melalui panca-indera kemudian diinterpretasikannya melalui bahasa. Hal tersebutlah yang membangun pendapat bahwa tidak ada berita yang objektif dalam pengertian murni. Berita merupakan (re)konstruksi pikiran wartawan mengenai peristiwa atau pernyataan yang telah lewat. Dan yang terakhir adalah rasional, dimana informasi-informasi tersebut bisa saling berkaitan dengan hal-hal atau fakta-fakta lain.

Manusia secara alamiah juga terus mempertanyakan segala sesuatu yang kerap terjadi di sekitar dirinya. Jurnalis merupakan tokoh yang seharusnya dapat menjadi dahaga atas kehausan tersebut. Karena seorang jurnalis haruslah dapat memertanyakan secara radikal mengenai kebenaran-kebenaran yang ada pada realitas dilandasi kondisi pemikiran yang baik. Mendapat dan memastikan suatu kejadian atau realitas merupakan pintu menuju keterangan bagi banyak masyarakat, karena dengan membuka suatu kejadian, masyarakat akan lepas dari ketidaktauan. Lepas dari ketidaktahuan berarti lepas dari kebodohan dan mendapat penerangan.

Kebenaran dapat diperoleh oleh seorang jurnalis dengan mengubah paradigma dalam membentuk perspektif dan cara berfikir. Dengan meluaskan atau menyempitkan pandangan kita terhadap suatu kasus, mengkotak-kotakan atau meleburkan informas, serta mengaitkan informasi yang satu dengan informasi yang lainnya. Setelah itu, tentu langkah penting yang harus dilakukan sebelum sebuah karya jurnalistik dipublikasikan adalah verifikasi.

“Revise, check every detail, every date, every title, every place”. Sebuah kalimat yang muncul dalam
Shettered Glass yang menjadi latar belakang permasalahan dalam film ini.

“Half of my life is an act of revision” -John Irving

Verifikasi dan revisi merupakan hal paling krusial yang seharusnya dilakukan sebelum sebuah berita atau kejadian diangkat dan disebarluaskan oleh pihak pers atau media massa. Film ini menunjukkan bagaimana Chuck, selaku editor, yang tidak memverifikasi kembali secara detail tulisan Heaven Hack, dan bagaimana Stephen tidak mengecek ulang kebenaran yang diberikan narasumber kepadanya. Lebih parahnya lagi, Stephen justru memasukkannya sebagai fakta-fakta dan menulis pendapat-pendapat dari narasumber yang ia temui seakan-akan merupakan saksi nyata yang ia lihat sendiri.

“He handed fiction after fiction, and we printed them all as fact”. Kalimat tersebut diucapkan Chuck ketika Caitlin mencoba membela Stephen agar tidak dipecat. Ketika sebuah informasi dibiaskan dari fakta dan data yang ada, tidaklah dapat dipertahankan kebenarannya kembali, informasi tersebut telah berubah menjadi fiksi atau pendapat. Begitu pula informasi-informasi yang diperoleh Stephen dimana kemudia ia berikan sentuhan dan warna-warna agar lebih menarik, tulisan tersebut menjadi bergeser nilai kebenarannya.

“How strongly are you gonna stand behind this story?”. Pernyataan yang dilemparkan Micheal sebagai mantan editor New Republic kepada Chuck sebagai editor New Republic yang sedang dilanda masalah mengenai kebenaran tulisan Hack Keaven. Editor merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap berita yang diterbitkan.

Seorang editor dalam tim seringkali disebut redaktur. Mereka seringkali disebut editor karena tugasnya yang sering mengedit (menyunting dan merevisi) naskah yang dilaporkan dar para reporter, koresponden, penulis, dan para petugas hubungan masyarakan (dalam bentuk press realease). Seringkali kita menganggap tugas editor atau redaktur hanya sebatas mengedit naskah, padahal seorang redakturlah yang dapat dikatakan memiliki tugas rumit dalam berbagai dimensi, serta tanggung jawab yang sangat besar.

Seorang redaktur menerima beragam bahan berita yang setiap hari berdatangan ke meja editor. Ia harus memilih mana yang sekiranya merupakan informasi penting bagi khalayak umum. Kemudian bahan berita ini dia sampaikan kepada wartawan untuk kemudian diliput. Ketika wartawan meliput, seorang redaktur jugalah menjadi orang yang bertanggung jawab terdadapt peliputan tersebut.
Naskah berita yang datang dari para wartawan kemudian disempurnakan kembali oleh editor, baik dalam segi jalan ceritanya, gaya bahasanya, maupun sistematika tulisannya. Editor juga harus dapat menilai mana berita yang dianggap lebih penting, karena setiap media massa memiliki space atau batasan ruang tertentu untuk setiap penerbitannya. Ia harus mampu mempertimbangkan, dan membuang berita yang kurang penting. Secara garis besar, dapat dilihat bahwa tugas editor adalah “membaca dan memperbaiki” serta “menyusun kembali”.

Tugas dan tanggung jawab redaktur yang berat membuatnya harus sehat dan memiliki mental kuat. Beberapa orang menyebutnya dialah jurnalis yang paling sibuk setiap jam dan harinya. Seorang editor juga haruslah mempunyai ketelitian yang tinggi, kemampuan berpikir analitis, dan kecakapan visualisasi, serta membuat keputusan dengan cepat. Hal-hal tersebut haruslah dimiliki redaktur untuk menghindari “kecelakaan jurnalistik” seperti yang dialami Chuck.

  “We’ll all have to answer for what we let happen here. We’re all gonna have an apology to make”.Kalimat yang diucapkan Chuck kepada Caitlin mengenai berita tidak valid yang mereka terbitkan dan hidangkan kepada masyarakat. Sebuah media haruslah membuat pernyataan maaf kepada pembaca jika terjadi kesalahan dalam terbitannya. Bisa pula disampaikan melalui bentuk pembenarannya atau pengkoreksiannya. Hal ini dilakukan dalam bentuk tanggung jawab atas kebenaran media terhadap masyarakat atau pembacanya.

Bentuk Permintaan Maaf New Republic

Tulisan Adam (Forbes): Lies, Damn Lies, and Fiction

Secara keseluruhan, film yang disutradarai Billy Ray ini cukup baik dalam mengembangkan cerita yang diangkat berdasarkan kisah nyata. Cara-cara menyampaikan informasi mengenai etika-etika dalam dunia jurnalistik juga dikemas dalam drama serta karakter yang diperankan Hayden Christensen dan Peter Sarsgaard yang kuat. Penonton yang bukan memiliki latar belakang jurnalistik juga dapat melihat bagaimana job desk dan peran pekerja-pekerja dalam dunia jurnalistik, penyampaian latar belakang tersebut juga mudah diengerti masyarakat secara umum. Stephen Glass sendiri memberi komentar tentang film yang menceritakan tentang masa lalunya sebagai “It was very painful for me. It was like being on a guided tour of the moments of my life I am most ashamed of”. Film ini juga masuk nominasi beberapa ajang perfilman, salah satunya Golden Globe Award, dan memenangkan beberapa ajang perfilman pula.

Bagian yang disayangkan adalah, dalam film ini justru kita dibuat untuk memandang Stephen Glass sebagai tokoh yang innocent dan lugu. Glass direpresentasikan sebagai orang pintar namun lugu, yang melakukan kesalahan-kesalahannya tanpa berpikir panjang, dan terjebak dalam permasalahnya tersebut. Penonton justru dibuat iba ketika melihat Glass yang terkena masalah karena melanggar kode etik jurnalistik. Chuck, sebagai redaktur, justru diberi karakter yang membuat penonton merasa kesal terhadapnya karena sikapnya yang tidak perduli akan rekan-rekan jurnalisnya. Padahal, Chuck justru sedang melaksanakan tugasnya, dan memikul tanggung jawab berat akibat ulah yang dibuat Glass. Dalam film ini, penonton justru merasa Glass sebagai tokoh baik yang tidak sengaja melakukan kesalahan, dan penonton merasa iba terhadapnya. Dan Chuck sebagai tokoh yang menyebalkan, egois, dan tidak perduli terhadap teman-temannya. Pembangunan paradigma ini rasanya agak menyesatkan pikiran penonton akan dunia jurnalistik itu sendiri.

Perspektif tersebut bisa terbangun melalui dramatisasi film ini yang agak berlebihan. Film ini justru lebih fokus pada dramatisasinya. Pembangunan tokoh Glass di film ini juga terkesan terlalu menonjolkan sisi moody-nya, dimana di satu sisi ia periang, di sisi lain mudah jatuh dan takut, selain itu juga dibuat terkesan sangat lugu.

Melalui film-film semacam ini, semoga orang-orang dari luar ranah jurnalistik menjadi lebih mengetahui bagaimana struktur dan proses dalam duia jurnalistik itu sendiri. Film ini juga dapat menjadi referensi bagi orang-orang yang baru memasuki dunia jurnalisme, atau kepada para remaja yang memiliki ketertarikan untuk memasuki dan mempelajari dunia jurnalistik. Bagi orang-orang yang memang sudah bergelut dalam bidang jurnalistik sendiri, film ini dapat dijadikan masukan tentang bagaimana dunia jurnalistik dipandang dalam masyarakat, dan bagaimana reaksi masyarakat setelah mendapat informasi-informasi dari sini mengenai jurnalistik itu sendiri. Di samping itu semua, film ini juga menarik untuk dijadikan hiburan, karena dapat mengemas komplikasi masalah yang rumit menjadi drama yang mudah dipahami.

Daftar Pustaka:

Mulkan, Dede. Pengantar Ilmu Jurnalistik. Bandung: ARSAD PRESS, 2013.

Suhandang, Kustadi. Pengantar Ilmu Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, & Kode Etik. Bandung: 2010.

Mulyana, Deddy. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Laksono, Dandhy Dwi. Jurnalisme Investigasi. Mizan Group, 2010.

W. Poespoprodjo. Logika Scientifika (Pengantar Dialektika dan Ilmu). Bandung: Pustaka Grafika, 1999.

Comments

Popular posts from this blog

Rekonstruksi Realitas Dalam The Truman Show

     The Truman Show merupakan film yang mencerikatan tentang bagaimana seorang lelaki, Truman Burbank (Jim Carrey), yang sebenarnya lahir, dan tumbuh dalam pertunjukan televisi. Pada akhir filmnya, Truman berusaha untuk mengetahui batas “panggung” pertunjukannnya, dan keluar dari pertunjukan televisi tersebut. Pengambilan sudut pandang kamera dalam film ini juga menggunakan sudut pandang kamera tersembunyi. Sepanjang film juga ditayangkan iklan (beer, coklat) untuk memperjelas posisinya sebagai pertunjukan televisi komersial.   The Truman Show secara tersirat juga menggambarkan bagaimana realitas yang ada di sekeliling kita, sejak kita lahir hingga tumbuh dewasa, merupakan hasil konstruksi yang dibuat oleh orang-orang di sekitar kita. Kita memercayai sesuatu ketika banyak orang yang juga percaya akan hal itu. Seperti yang dikatakan Christof, “we accept the reality of the world with whick we’re presented. It’s as simple as that” [ Scene ketika Cristof menjelaskan Mika, mengapa Truman

Komentar terhadap Paradigma Naratif

Rangkuman Paradigma naratif merupakan salah satu teori yang ditemukan oleh Walter Fisher di mana manusia dipercaya sebagai makhluk pencerita, dan pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Manusia cenderung lebih mudah terbujuk oleh cerita yang bagus daripada argumen yang bagus. Menceritakan kisah juga merupakan esensi dari sifat dasar manusia. Lahirnya paradigma naratif menyebabkan pergeseran paradigma, di mana sebelumnya masyarakat secara umum lebih sering menggunakan paradigma rasional. Keduanya seringkali dijadikan pembanding dan untuk membedakan, di mana paradigma rasional seringkali dimaknai dengan logos sebagai logika, dan paradigma naratif dengan mitos sebagai kisah dan emosi. Paradigma naratif memberikan sebuah alternatif dari paradigma dunia rasional tanpa menegasi rasionalitas tradisional. Fisher juga menegaskan bahwa cerita, atau mitos, terkandung di dalam semua usaha komunikasi manusia (bahkan yang melibatkan logika) kare

Arranged: Menghidupkan Tradisi dalam Masyarakat Plural

Perbenturan budaya, dalam konteks positif ataupun negatif, dalam kota metropolitan menjadi hal yang biasa terjadi. Film Arranged yang ditulis oleh Stefan Schaefer menghadirkan fenomena ini dalam bentuk persahabatan antara Rochel Meshenberg, seorang Yahudi Ortodoks, dengan Nasira Khaldi, seorang Muslim keturunan Suria. Brooklyn, New York, menjadi latar belakang dari berlangsungnya hubungan mereka. Film independen asal Amerika yang diproduksi oleh Cicala Filmworks ini membuka narasi dengan menunjukan bagaimana Rochel dan Nasira yang bekerja sebagai guru baru di sebuah sekolah umum menghadirkan identitas yang berbeda dari guru-guru lainnya. Identitas Yahudi dan Islam yang dihadirkan sempat dijadikan sorotan oleh murid-murid dan kepala sekolah mereka. Persahabatan mereka pun diwarnai dengan bagaimana mereka bercerita tentang tradisi yang dimiliki masing-masing, hingga masalah perjodohan beserta dilemanya yang dimiliki keduanya. Rochel sebagai Yahudi Ortodoks harus menentukan pilihan atas