Skip to main content

To Be a Human

Our lives are constructed by every little things that happen around us, by every communication inside the environment that creates our feelings, thoughts, and moments on a limited dimension of space and time. A little of happiness, a little of smile, a little of cry, a little of love, a little of hatred, a little of suprise, a little of darkness, a little of pride, a little of hug, a little of kiss, a little of fight, a little of jealous, a little of laugh, a little of everything. Yes, we have a little of everything! All of those little things build up our lives, cause we have all of that little things that creates our big lives, and a big meaning for the lives itself.

By remembering how short our times that remain, how every second could be our last second, our last breath, our last kiss, our last shout, our last word, our last heartbeat, our last teardrop, or our last moment to touch the rain, to feel the air, the cold around us, how lucky that we still could breath in and out every morning, that we’re not dye yet, is the best way to make us keep appreciate our lives, every single second of it.,every second that we spend, is a miracle, there wouldn’t be a day, hour, even minute if there is no second.

Realizing about the importance of every single second in our lives also make us start to live in the moment, to do the thing that you really want to do, to enjoy every moment,every conversation, every air that hangs around us, be the part of everything around us, because they are our moment, and we are the moment to ourselves.

We have to get some time, just to live in the moment, appreciate and experience what is around us, heard the noisy around our house, talk to people around us, smell and feel the around us, drown ourselves into the time and space that surround us. Because we had spend so many times just to preparing for the future,until we forget how to live in the moment, how to feel and touch our own inner happiness, something that cannot be describe, only can be feel deeply in our heart.
 
Put off our troubles and leave it all behind us, feel the light of our body, then run off fastly to the circle of moment of our lives.  
  

Comments

Popular posts from this blog

Rekonstruksi Realitas Dalam The Truman Show

     The Truman Show merupakan film yang mencerikatan tentang bagaimana seorang lelaki, Truman Burbank (Jim Carrey), yang sebenarnya lahir, dan tumbuh dalam pertunjukan televisi. Pada akhir filmnya, Truman berusaha untuk mengetahui batas “panggung” pertunjukannnya, dan keluar dari pertunjukan televisi tersebut. Pengambilan sudut pandang kamera dalam film ini juga menggunakan sudut pandang kamera tersembunyi. Sepanjang film juga ditayangkan iklan (beer, coklat) untuk memperjelas posisinya sebagai pertunjukan televisi komersial.   The Truman Show secara tersirat juga menggambarkan bagaimana realitas yang ada di sekeliling kita, sejak kita lahir hingga tumbuh dewasa, merupakan hasil konstruksi yang dibuat oleh orang-orang di sekitar kita. Kita memercayai sesuatu ketika banyak orang yang juga percaya akan hal itu. Seperti yang dikatakan Christof, “we accept the reality of the world with whick we’re presented. It’s as simple as that” [ Scene ketika Cristof menjelaskan Mika, mengapa Truman

Komentar terhadap Paradigma Naratif

Rangkuman Paradigma naratif merupakan salah satu teori yang ditemukan oleh Walter Fisher di mana manusia dipercaya sebagai makhluk pencerita, dan pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Manusia cenderung lebih mudah terbujuk oleh cerita yang bagus daripada argumen yang bagus. Menceritakan kisah juga merupakan esensi dari sifat dasar manusia. Lahirnya paradigma naratif menyebabkan pergeseran paradigma, di mana sebelumnya masyarakat secara umum lebih sering menggunakan paradigma rasional. Keduanya seringkali dijadikan pembanding dan untuk membedakan, di mana paradigma rasional seringkali dimaknai dengan logos sebagai logika, dan paradigma naratif dengan mitos sebagai kisah dan emosi. Paradigma naratif memberikan sebuah alternatif dari paradigma dunia rasional tanpa menegasi rasionalitas tradisional. Fisher juga menegaskan bahwa cerita, atau mitos, terkandung di dalam semua usaha komunikasi manusia (bahkan yang melibatkan logika) kare

Arranged: Menghidupkan Tradisi dalam Masyarakat Plural

Perbenturan budaya, dalam konteks positif ataupun negatif, dalam kota metropolitan menjadi hal yang biasa terjadi. Film Arranged yang ditulis oleh Stefan Schaefer menghadirkan fenomena ini dalam bentuk persahabatan antara Rochel Meshenberg, seorang Yahudi Ortodoks, dengan Nasira Khaldi, seorang Muslim keturunan Suria. Brooklyn, New York, menjadi latar belakang dari berlangsungnya hubungan mereka. Film independen asal Amerika yang diproduksi oleh Cicala Filmworks ini membuka narasi dengan menunjukan bagaimana Rochel dan Nasira yang bekerja sebagai guru baru di sebuah sekolah umum menghadirkan identitas yang berbeda dari guru-guru lainnya. Identitas Yahudi dan Islam yang dihadirkan sempat dijadikan sorotan oleh murid-murid dan kepala sekolah mereka. Persahabatan mereka pun diwarnai dengan bagaimana mereka bercerita tentang tradisi yang dimiliki masing-masing, hingga masalah perjodohan beserta dilemanya yang dimiliki keduanya. Rochel sebagai Yahudi Ortodoks harus menentukan pilihan atas