Skip to main content

Siapa Anda?

Tuhan, aku tak sanggup menyebahmu seperti ini
Seperti pengendara yang menggunakan helm karena takut polisi
Pengacara yang mati-matian membela karena bayaran
Polisi yang melakukan push-up karena hukuman kala berlatih
Anak sekolah dasar yang tidur cepat karena takut dimarahi ibu

Aku ingin lebih mengenal-Mu
Mengetahui lebih dalam esensi dari menyembah-Mu 
Engkau yang lebih dekat dari detak nadi, yang tersalib, ataupun yang menyelimuti kami dalam tubuh-Mu
Engkau yang berbeda dari kami

Mereka bilang Engkau palsu
Sudah mati
Tapi aku tidak mempunyai cukup kepercayaan untuk tidak mempercayai keberadaan-Mu

Mereka menanyakanku, bagaimana bila segala sesuatu yang Engkau percayai itu tidak ada? Segala kebenaran yang engkau percaya itu salah? 

Jika memang selama ini aku hanya hidup dalam ilusiku, biarkanlah. Biarkan aku jatuh sedalam-dalamnya dalam pikiranku. Bagaimana jika mereka bukan orangtuamu? Tak apa, mereka sudah membesarkan, mengorbankan banyak hal, dan membuatku bahagia. Bagaimana jika lelaki yang selama ini hiduo denganmu dan kau percaya sebagai belahan jiwa yang terpisah di alam sebelumnya ternyata ialah orang yang dibayar untuk menyiksa dan mengakhiri hidupmu? Tak apa, setidaknya ia pernah berada dalam ilusiku, dan di sana ia seringkali membuatku bahagia. Bagaimana jika Tuhan itu tak ada? Ah, aku teringat sebuah kalimat dari Albert Camus, "I would rather live my life as if there is a God and die to fnd out there isn't, than live my life as is there is no God and die to find out there is."

Temanku pernah bercerita tentang pandangannya terdapat Tuhan.
Guruku dulu bercerita tentang Tuhan. Kata dia, Tuhan itu cuman satu, hanya saja kita yang memandangnya dengan cara berbeda-beda. Seperti ibu guru, ketika ia berada di sekolah, ia menjadi ibu guru. Ketika ia berada di sawah, ia menjadi ibu tani. Ketika ia berada di rumah, ia menjadi ibu bagi anaknya.

Teman lain mengatakan bahwa Tuhan-nya bisa ditemukan di mana saja, lewat apa saja. Aku menganut empat agama, terkadang aku sholat, terkadang aku ke gereja, karena Tuhan-ku mampu mendengar hamba-Nya melalui apa saja. Ia berada di sekitar kita.

Tidak, Ia tidak berada di sekitar kita, tetapi kita berada di dalamnya, di dalam Captain, ujar temanku yang lain.

Aku masih melangkah menuju ruang itu. Terasa jauh dan dalam, tapi telapak kaki hingga kututku sudah tenggelam. Jangan ganggu aku. Jangan pula menungguku. Hilangkan ide tentangku dengan perlahan, jika itu memang memungkinkan.
Aku tak ingin menyembah-Mu karena keberadaan surga dan neraka.

Comments

Popular posts from this blog

Rekonstruksi Realitas Dalam The Truman Show

     The Truman Show merupakan film yang mencerikatan tentang bagaimana seorang lelaki, Truman Burbank (Jim Carrey), yang sebenarnya lahir, dan tumbuh dalam pertunjukan televisi. Pada akhir filmnya, Truman berusaha untuk mengetahui batas “panggung” pertunjukannnya, dan keluar dari pertunjukan televisi tersebut. Pengambilan sudut pandang kamera dalam film ini juga menggunakan sudut pandang kamera tersembunyi. Sepanjang film juga ditayangkan iklan (beer, coklat) untuk memperjelas posisinya sebagai pertunjukan televisi komersial.   The Truman Show secara tersirat juga menggambarkan bagaimana realitas yang ada di sekeliling kita, sejak kita lahir hingga tumbuh dewasa, merupakan hasil konstruksi yang dibuat oleh orang-orang di sekitar kita. Kita memercayai sesuatu ketika banyak orang yang juga percaya akan hal itu. Seperti yang dikatakan Christof, “we accept the reality of the world with whick we’re presented. It’s as simple as that” [ Scene ketika Cristof menjelaskan Mika, mengapa Truman...

Are We Really Change?

“You have changed” “You’re not the same person I used to know” “Now you’re just somebody that I used to know” Those lines that we used to hear in each critical conflict between couple, bestfriend, or I should said in a dramatical situation. Sometimes, change could be a big challenge, that you have to sacrifice something important in your life, saying yes to one thing that means no to many things, standing on the different perspective of your life. If we looked into how a person that totally out of shape of his body could turned into a deadly strong and shaped one. How? Sacrifice. He sacrifice his time, fatigue, he conquered himself to be a better one. He believed that you don’t have to be great to start, but you have to start to be great. He believed in progress, that everything has a process. The more he trained, the bigger progressed he will received. Train makes progress, progress makes perfect. The more you open your mind, the more often you change your perspecti...

Shattered Glass dan Jurnalistik

  Film Shattered Glass (2003) yang disutradai Billy Ray ini menceritakan tentang seorang jurnalis muda bernama Stephen Glass (Hayden Christensen) yang bekerja di New Republic. Harian New Republic ini lebih cenderung ke arah politik, dan menjadi media acuan para petinggi politik dan pihak kepresidenan. Film ini memberikan perspektif bagaimana cerita di ruang editorial koran ini sendiri. Ketegangan ini bermula ketika pihak hotel menelpon pihak koran mengenai detail dalam berita tulisan Stephen yang dinilai salah. Micheal, selaku editor dalam struktur redaksi tersebut, memanggil Stephen untuk memastikan tulisannya. Stephen akhirnya mengaku, dia tidak memverifikasi data tersebut kembali, melainkan hanya menyimpulkan apa yang dia lihat dan menjadikannya sebagai fakta untuk bahan berita. Micheal tidak memecat Stephen atas apa yang ia lakukan. Micheal memang dikenal dalam lingkup redaksi tersebut sebagai sosok editor yang selalu melindungi pegawainya atas karya-karya mereka, dan bertanggu...