Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2016

Komentar terhadap Paradigma Naratif

Rangkuman Paradigma naratif merupakan salah satu teori yang ditemukan oleh Walter Fisher di mana manusia dipercaya sebagai makhluk pencerita, dan pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Manusia cenderung lebih mudah terbujuk oleh cerita yang bagus daripada argumen yang bagus. Menceritakan kisah juga merupakan esensi dari sifat dasar manusia. Lahirnya paradigma naratif menyebabkan pergeseran paradigma, di mana sebelumnya masyarakat secara umum lebih sering menggunakan paradigma rasional. Keduanya seringkali dijadikan pembanding dan untuk membedakan, di mana paradigma rasional seringkali dimaknai dengan logos sebagai logika, dan paradigma naratif dengan mitos sebagai kisah dan emosi. Paradigma naratif memberikan sebuah alternatif dari paradigma dunia rasional tanpa menegasi rasionalitas tradisional. Fisher juga menegaskan bahwa cerita, atau mitos, terkandung di dalam semua usaha komunikasi manusia (bahkan yang melibatkan logika) kare

Pembentukan Pola Pikir dalam 1984 dan Brave New World (Analisis dengan Teori Politik Ekonomi Komunikasi)

1984  merupakan novel karya Goerge Orwell yang pertama kali diterbitkan pada 1949. Novel ini merupakan distopia, yakni gambaran tentang masa depan yang buruk. Dalam novel ini, negara bernama Oceania memiliki empat kementrian yang mengatur sistem kehidupan rakyat, yakni Kementrian Kebenaran yang menangani berita, hiburan pendidikan, dan seni, Kementrian Perdamaian yang menangani perang, Kementrian Cinta Kasih yang bertanggung jawab dalam hukum dan ketertiban, serta Kementrian Tumpah Ruah yang mengurus ekonomi. Keempat kementrian tersebut disingkat dalam bahasa Newspeak menjadi Minitrue, Minipax, Miniluv, dan Miniplenty. Newspeak sendiri merupakan bahasa pengganti dari Oldspeak yang dipakai dalam Oceania. “Big Brother is Watching You.” -1984 Oceania dikuasai dan dipimpin oleh Big Brother. Big Brother selalu hadir di sekitar rakyat dan media-media di sekitarnya. Dalam memertahankan rezimnya, ia melakukan segala cara, mulai dari melahirkan Newspeak, hingga menghadirkan teleskrin

Membangun Realitas Melalui Simbol dalam Media (Resensi Surrounded by Images and Meanings: Essay on Media and Cultural Studies)

Identitas Buku Judul : Surrounded by Images and Meanings: Essay on Media and Cultural Studies Penulis : Zaki Habibi Penerbit : Komunikasi UII Tahun : 2016 Buku dengan judul Surrounded by Images and Meanings: Essay on Media and Cultural Studies karya Zaki Habibi yang diterbitkan pada Oktober 2016 ini berisi kumpulan esai yang membahas seputar tanda dan maknanya. Zaki Habibi merupakan peneliti di bidang kajian media dan budaya visual. Buku ini terbagi atas empat bagian. Setiap pembahasannya diulas dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh kalangan secara umum. Ia juga memberikan latar belakang atau teori yang ia gunakan untuk menganalisis suatu fenomena, sehingga pembaca yang tidak berkutat di dunia media pun paham akan apa yang ia sampaikan. Pada bagian awal, Zaki menaruh dasar-dasar pemikiran atau teori yang berkaitan dengan tanda dan pemaknaan itu sendiri. Zaki mengawali dengan perbandingan pandangan Jean Baudrillard dan Roland Barthes terkait dengan konsep tanda

Burung

Ia melihat dunia tanpa ada ingatan tentang orang tuanya. Seekor burung kecil dan jelek. Lupa kapan ia mulai bisa terbang, hanya saja seumur hidupnya ia selalu terbang. Terbang seekor diri. Ia dapat menjadi siapa pun karena tak ada yang mengingatnya. Tidak berharga untuk dipelihara, apalagi diberi makan dan ditaruh dalam sangkar. Terlalu liar untuk dijinakan. Ketika ia mati, tak akan ada air mata yang jatuh untuknya. Hanya ada seorang manusia yang tak sengaja menginjak bangkainya dan menendangnya ke saluran air di pinggir jalan. Begitu singkat sekaligus rumit kisah hidupnya. Untungnya ia tidak penting, sehingga kerumitan hidupnya hanya menjadi beban bagi dirinya sendiri.