Skip to main content

Alternatif Baru Dari Ganja Alami


Ganja sintetis merupakan anggota narkoba baru yang secara hukum baru diilegalkan awal tahun ini. Umumnya, ganja sintetis sendiri terbuat dari tembakau yang diberikan zat-zat kimia sehingga menghasilkan efek yang mirip dengan ganja. Namun berkali-kali lebih memabukkan atau “naik” dan membahayakan. Sebelum hadirnya aturan mengenai ganja sintetis, ia seringkali dianggap sebagai barang yang cenderung lebih aman, tidak terdeteksi, dan lebih mudah didapatkan dibandingkan ganja. Oleh karena itu, di beberapa negara seringkali disebut dengan legal high. Dania Putri, ahli aturan obat-obat internasional dan kebijakan obat-obatan di Asia Tenggara, mengatakan ganja sintetis ini muncul sebagai alternatif dari ganja saat ia diilegalkan.

Salah seorang mahasiswa universitas negeri di Jawa Barat berinisial T (21) menceritakan bahwa ia seringkali menggunakan ganja sintetis sebagai pengganti ganja saat ganja sedang sulit didapatkan. Ganja sintetis sendiri memang lebih mudah untuk didapatkan. Bahkan sebenarnya, kebanyakan pemakai awal justru merasa tidak nyaman pada saat pertama kali mencobanya. Namun lama-kelamaan tubuhnya akan menyesuaikan dan mengetahui dosis yang tepat untuk dikonsumsi. Mereka semua pun memiliki kisah yang sama terkait ganja sintetis ini, yakni pada awal-awal mencobanya.

Menurut Erna Herawati, Dosen Antropologi Kesehatan di Universitas Padjadjaran, mabuk-mabukan memang merupakan salah satu cara untuk interaksi sosial. Selain itu, narkotika secara umum sendiri sering digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri, stamina, dan sebagainya. Terlebih, saat ini narkotika yang digunakan dengan cara dihisap, seperti ganja, memang menjadi tren karena sudah banyak yang sadar dampak negatif dari narkotika yang disuntik.

Efek samping yang dirasakan para pengguna pun cukup beragam. Beberapa orang merasa menjadi sangat fokus, ada pula yang justru tidak bisa fokus. Ada yang merasa kemampuan pendengarannya bertambah, ada pula yang merasa kemampuan visualnya yang bertambah. Ada pula istilah bad trip atau good trip, yakni emosi dari mabuk yang didapatkan, apakah membahagiakan atau menimbulkan paranoia. Hal-hal yang sering terjadi saat pemakaian sendiri ialah tubuh menjadi lamban dalam merespon yang sering mereka sebut dengan ngebatu, muntah, serta meronta-ronta atau memanting-bantingkan badan yang sering disebut dengan kesurupan.

Varian yang dimiliki ganja sintetis pun memang cukup banyak, sehingga belum ada alat yang dapat mendeteksi penggunanya. Varian yang dimilikinya terus berkembang. Di Indonesia sendiri, awal munculnya dengan label Gorilla. Gorilla ini sendiri pun terdapat dua jenis, yang disebut dengan gorilla alami dan gorilla sintetis. Ganja sintetis ini berkembang menjadi lebih kuat. Hal ini selaras dengan sudah banyaknya pengguna dan mereka butuh dosis yang lebih tinggi agar dapat merasakan efeknya. Kondisinya mampu mengikuti pasar.

Di Indonesia sendiri, setelah lahirnya gorilla, muncul apa yang di pasar disebut dengan kategori kerajaan, yakni ganesha, hanoman, dan dewa siwa. Ketiganya memiliki efek “naik” dan lama efek yang berbeda-beda. Menurut T, dewa siwa merupakan yang paling kuat di antara ketiganya. Setelah itu, ada black rabbit yang kualitasnya lebih tinggi lagi. Di pasar sendiri, terdapat beberapa jenis yang tidak jelas masuk kategori apa.

Salah satu label yang menjadi tren pada awal tahun ini di Bandung dan Sumedang ialah lollipop. Hargannya cenderung lebih mahal dibandingkan yang lain, yakni sekitar Rp 500.000/bag (4 gram). Efeknya langsung terasa dan bertahan hingga 1.5 jam.

“Sejauh ini, itu (lollipop) yang paling kuat,” ujar T dalam sebuah wawancara di salah satu kedai kopi pada akhir April 2017.

“Di Indonesia, ganja sintetis itu beragam. Bisa benar-benar ganja sintetis. Bisa ganja sintetis dicampur dengan tembakau. Bisa ganja sintetis dicampur dengan ganja,” ujar Adhi Hidayat dari Kementrian Kesehatan sekaligus Psikiater di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.

Proses penjualan dan pembelian sendiri cukup beragam. Ada yang memang mereka bergerak sebagai bandar atau pengedar dengan bentuk transaksi yang konvensional, yakni apabila konsumen membutuhkan, mereka memberikan. Apa yang berbentuk konsumen yang mendatangi mereka, ada pula dalam bentuk barang diantarkan ke konsumen. Selain itu, cara yang cukup banyak digunakan ialah penjualan melalui sosial media, seperti Facebook atau Instagram. Pihak Polda Jabar Kabag Bin Opsnal Dit Res Narkoba, Mulyadi, mengemukakan hal yang serupa. Bentuk yang ditemui pihak kepolisian Jawa Barat kebanyakan dalam transaksi online.

Kepala Program Studi Jurusan Psikiatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran sekaligus Psikiatri Umum dan Adiksi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Arifah Nur Istiqomah, menjelaskan tahap-tahapan seseorang sebelum ia menjadi pecandu. Pada awalnya ia menggunakan untuk eksperimen. Selanjutnya, ia menggunakannya untuk rekreasional, yakni bersenang-senang pada momen tertentu. Tahapan berikutnya ialah situasional saat ia mulai membutuhkan ganja sintetis di titik-titik tertentu, seperti saat sedang tertekan, dan sebagainya. Ia digunakan untuk menutupi rasa ketidaknyamanannya. Selanjutnya ialah abuse atau penyalahgunaan di mana ia menggunakan bukan pada saat-saat butuh lagi, tapi untuk mendapatkan efek-efek menyenangkannya lagi. Tahap terakhir ialah dependence atau ketergantungan.

Tahapan serupa dialami oleh salah satu mahasiswa dengan inisial RF (22). Ia menjadi pengguna aktif sejak awal Maret hingga Desember 2016. RF sendiri pada akhirnya mulai melepaskan ganja sintetis dengan cara secara aktif berkegiatan dan keluar dari lingkungannya (di mana ia bisa dengan mudah mendapatkan ganja sintetis). Setelah itu, ia mencoba mendekatkan Tuhan melalui keyakinannya.




Ditulis oleh: Fadiyah dan Muhammad Iqbal
Tulisan terkait:
"Mainan" Baru Candu Baru
Rekam Jejak Ganja Sintetis
Payung Hukum Belum Kuat
Perbedaan Dari Yang Serupa
Gangguan Akibat Synthetic Cannabinoid





Ditulis oleh: Fadiyah dan Muhammad Iqbal
Tulisan terkait:
"Mainan" Baru Candu Baru
Rekam Jejak Ganja Sintetis
Payung Hukum Belum Kuat
Perbedaan Dari Yang Serupa
Gangguan Akibat Synthetic Cannabinoid

Comments

Popular posts from this blog

Rekonstruksi Realitas Dalam The Truman Show

     The Truman Show merupakan film yang mencerikatan tentang bagaimana seorang lelaki, Truman Burbank (Jim Carrey), yang sebenarnya lahir, dan tumbuh dalam pertunjukan televisi. Pada akhir filmnya, Truman berusaha untuk mengetahui batas “panggung” pertunjukannnya, dan keluar dari pertunjukan televisi tersebut. Pengambilan sudut pandang kamera dalam film ini juga menggunakan sudut pandang kamera tersembunyi. Sepanjang film juga ditayangkan iklan (beer, coklat) untuk memperjelas posisinya sebagai pertunjukan televisi komersial.   The Truman Show secara tersirat juga menggambarkan bagaimana realitas yang ada di sekeliling kita, sejak kita lahir hingga tumbuh dewasa, merupakan hasil konstruksi yang dibuat oleh orang-orang di sekitar kita. Kita memercayai sesuatu ketika banyak orang yang juga percaya akan hal itu. Seperti yang dikatakan Christof, “we accept the reality of the world with whick we’re presented. It’s as simple as that” [ Scene ketika Cristof menjelaskan Mika, mengapa Truman

Komentar terhadap Paradigma Naratif

Rangkuman Paradigma naratif merupakan salah satu teori yang ditemukan oleh Walter Fisher di mana manusia dipercaya sebagai makhluk pencerita, dan pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Manusia cenderung lebih mudah terbujuk oleh cerita yang bagus daripada argumen yang bagus. Menceritakan kisah juga merupakan esensi dari sifat dasar manusia. Lahirnya paradigma naratif menyebabkan pergeseran paradigma, di mana sebelumnya masyarakat secara umum lebih sering menggunakan paradigma rasional. Keduanya seringkali dijadikan pembanding dan untuk membedakan, di mana paradigma rasional seringkali dimaknai dengan logos sebagai logika, dan paradigma naratif dengan mitos sebagai kisah dan emosi. Paradigma naratif memberikan sebuah alternatif dari paradigma dunia rasional tanpa menegasi rasionalitas tradisional. Fisher juga menegaskan bahwa cerita, atau mitos, terkandung di dalam semua usaha komunikasi manusia (bahkan yang melibatkan logika) kare

Arranged: Menghidupkan Tradisi dalam Masyarakat Plural

Perbenturan budaya, dalam konteks positif ataupun negatif, dalam kota metropolitan menjadi hal yang biasa terjadi. Film Arranged yang ditulis oleh Stefan Schaefer menghadirkan fenomena ini dalam bentuk persahabatan antara Rochel Meshenberg, seorang Yahudi Ortodoks, dengan Nasira Khaldi, seorang Muslim keturunan Suria. Brooklyn, New York, menjadi latar belakang dari berlangsungnya hubungan mereka. Film independen asal Amerika yang diproduksi oleh Cicala Filmworks ini membuka narasi dengan menunjukan bagaimana Rochel dan Nasira yang bekerja sebagai guru baru di sebuah sekolah umum menghadirkan identitas yang berbeda dari guru-guru lainnya. Identitas Yahudi dan Islam yang dihadirkan sempat dijadikan sorotan oleh murid-murid dan kepala sekolah mereka. Persahabatan mereka pun diwarnai dengan bagaimana mereka bercerita tentang tradisi yang dimiliki masing-masing, hingga masalah perjodohan beserta dilemanya yang dimiliki keduanya. Rochel sebagai Yahudi Ortodoks harus menentukan pilihan atas