Skip to main content

Candu



Setelah beberapa tahun berlalu, potongan-potongan gambar kecil dari suasana Bandung tiba-tiba menarikku ke kenangan di masa lampau
Sebuah kenangan yang telah kukubur secara paksa
Luka yang telah kering dan berhenti mengalirkan darah
Bagian dari hidup yang kupotong dan kuhilangkan

Setiap orang pasti memiliki sebuah bagian yang ia hapus
Entah ia berupa ruang, waktu, nama, kata
Ia pun telah kuhapus. Sebuah pojok dari Bandung yang mengandung kisah bersama sebuah nama, sebuah pengakuan, sebuah air mata, yang terangkul dalam kecupan terakhir
Kopi hitam pada malam itu sesaat terasa asin
 Tanpa kusadari air mata ikut tercampur ke dalamnya

Setelah lama tersesat mencari kuburnya, akhirnya mampu kutemukan
Ia masih terhias dengan cantik sepeti terakhir kumeninggalkannya
Hari ini, ku hendak menggali kuburnya
Kusingkirkan bunga-bunga yang tertabur di atasnya, kuambil sedikit demi sedikit tanah yang menutupinya, hingga ia sedikit terbuka
Tercium aroma busuknya
Terlalu lama ia dikubur dan tidak diobati. Kugali lebih jauh, terus hingga kepalaku terlampau pening dan perutku terasa mual mencium bau busuknya

Semakin lama, semakin dalam, rasa sakit dari dalam kubur pelahan menyerang tubuhku
Ia keluar dalam buruk rupanya, arogan, marah, dengki, lara, cemburu
Menyerangku, "mengapa kau terus mengubur dan mengabaikanku selama ini?" ujarnya
Mengapa? Aku pun tak tahu, hanya saja di masa lampau aku ingin segera menyudahi dan membuangnya, tak kukira ia kan menjadi kuat dan menyerangku kembali

Pertempuran berlangsung cukup lama dan sengit
Segala yang telah terkubur menjadi kian buas dan lapar
Aku makanan mereka

Kubiarkan makhluk ini menghantamku, melalui segala bagian dari dirinya
buruk rupanya, arogan, marah, dengki, lara, cemburu
ditambah egois dan irasional
Ia, yang dahulu aku asuh
yang dahulu aku besarkan
yang dahulu aku tak menyangka bahwa aku sedang mengasuh dan membesarkan sebuah monster

Ia, yang kubentuk secara perlahan saat kasih membuatku kehilangan akal
Saat sesuatu yang kukira kasih ternyata sekadar nafsu
Saat sesuatu yang kukira kasih ternyata tak pernah mengasihi
Saat sesuatu yang kuberikan pada sesosok lelaki malam itu di sudut Bandung, yang lagi-lagi kukira kasih, ternyata hanya segumpal bangkai

Bertahun-tahun aku menyalahkannya, saat ternyata aku sendiri yang telah membangun monster dalam diriku
Salah satu buku di masa lampau pernah berkata padaku,
'perasaanmu tanggung jawabmu, kau tak bisa menyalahkan apa yang timbul dalam perasaanmu terhadap orang lain'
Aku tak bisa menyalahi lelaki itu, dia, atas perasaanku yang buta kepadanya
Aku pun tak bisa memaksa dia untuk terus menghilangkan canduku padanya
Perasaanku tanggung jawabku

Beberapa tahun yang lalu, keberadaan dia yang tak bisa memenuhi canduku membuatku marah
Membuatku mulai menyusun serangkai bintik-bintik hitam dalam tubuhku
Yang kini menjelma menjadi sesuatu yang sedang menyerangku sendiri, monster itu

Kepada waktu, kuucapkan terima kasih karena telah membangunkanku dari ilusiku sendiri
Ilusi bahwa selama ini yang kukubur ialah kenangan buruk yang ditinggalkan lelaki itu di Bandung
Kenyataan bahwa kenangan buruk itu tak lain ialah diriku sendiri
Sebuah luka yang kusayat sendiri saat canduku tak terpenuhi

Terima kasih pula untuk kesadaran sendiri
Yang membangunkanku dari mimpi yang lama kubangun sendiri

Kini, kututurkan permohonan maaf padamu, yang masih berada di pojok Bandung dan telah berada di sana sedari Orde Baru masih memerintah, yang telah menjadi bagian dari Bandung
Maaf ini kusampaikan lewat tulisan ini karena tak mungkin aku menyampaikan segalanya secara langsung
Atau tepatnya, tak mungkin aku dapat bercengkrama denganmu lagi
Dan bukankah maaf itu terlalu janggal untuk diucapkan secara langsung dalam budaya Timur ini?
Kejanggalan itu 'kan bertambah karena terlalu lamanya perceraian telah berlalu

Tak lupa, kusampaikan terima kasih
Kata yang tak sempat kututurkan karena kebaikanmu dikabuti oleh egoku

Jakarta, 2018.

Comments

Popular posts from this blog

Rekonstruksi Realitas Dalam The Truman Show

     The Truman Show merupakan film yang mencerikatan tentang bagaimana seorang lelaki, Truman Burbank (Jim Carrey), yang sebenarnya lahir, dan tumbuh dalam pertunjukan televisi. Pada akhir filmnya, Truman berusaha untuk mengetahui batas “panggung” pertunjukannnya, dan keluar dari pertunjukan televisi tersebut. Pengambilan sudut pandang kamera dalam film ini juga menggunakan sudut pandang kamera tersembunyi. Sepanjang film juga ditayangkan iklan (beer, coklat) untuk memperjelas posisinya sebagai pertunjukan televisi komersial.   The Truman Show secara tersirat juga menggambarkan bagaimana realitas yang ada di sekeliling kita, sejak kita lahir hingga tumbuh dewasa, merupakan hasil konstruksi yang dibuat oleh orang-orang di sekitar kita. Kita memercayai sesuatu ketika banyak orang yang juga percaya akan hal itu. Seperti yang dikatakan Christof, “we accept the reality of the world with whick we’re presented. It’s as simple as that” [ Scene ketika Cristof menjelaskan Mika, mengapa Truman

Komentar terhadap Paradigma Naratif

Rangkuman Paradigma naratif merupakan salah satu teori yang ditemukan oleh Walter Fisher di mana manusia dipercaya sebagai makhluk pencerita, dan pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Manusia cenderung lebih mudah terbujuk oleh cerita yang bagus daripada argumen yang bagus. Menceritakan kisah juga merupakan esensi dari sifat dasar manusia. Lahirnya paradigma naratif menyebabkan pergeseran paradigma, di mana sebelumnya masyarakat secara umum lebih sering menggunakan paradigma rasional. Keduanya seringkali dijadikan pembanding dan untuk membedakan, di mana paradigma rasional seringkali dimaknai dengan logos sebagai logika, dan paradigma naratif dengan mitos sebagai kisah dan emosi. Paradigma naratif memberikan sebuah alternatif dari paradigma dunia rasional tanpa menegasi rasionalitas tradisional. Fisher juga menegaskan bahwa cerita, atau mitos, terkandung di dalam semua usaha komunikasi manusia (bahkan yang melibatkan logika) kare

Arranged: Menghidupkan Tradisi dalam Masyarakat Plural

Perbenturan budaya, dalam konteks positif ataupun negatif, dalam kota metropolitan menjadi hal yang biasa terjadi. Film Arranged yang ditulis oleh Stefan Schaefer menghadirkan fenomena ini dalam bentuk persahabatan antara Rochel Meshenberg, seorang Yahudi Ortodoks, dengan Nasira Khaldi, seorang Muslim keturunan Suria. Brooklyn, New York, menjadi latar belakang dari berlangsungnya hubungan mereka. Film independen asal Amerika yang diproduksi oleh Cicala Filmworks ini membuka narasi dengan menunjukan bagaimana Rochel dan Nasira yang bekerja sebagai guru baru di sebuah sekolah umum menghadirkan identitas yang berbeda dari guru-guru lainnya. Identitas Yahudi dan Islam yang dihadirkan sempat dijadikan sorotan oleh murid-murid dan kepala sekolah mereka. Persahabatan mereka pun diwarnai dengan bagaimana mereka bercerita tentang tradisi yang dimiliki masing-masing, hingga masalah perjodohan beserta dilemanya yang dimiliki keduanya. Rochel sebagai Yahudi Ortodoks harus menentukan pilihan atas