Perbenturan budaya, dalam konteks positif ataupun negatif, dalam kota metropolitan menjadi hal yang biasa terjadi. Film Arranged yang ditulis oleh Stefan Schaefer menghadirkan fenomena ini dalam bentuk persahabatan antara Rochel Meshenberg, seorang Yahudi Ortodoks, dengan Nasira Khaldi, seorang Muslim keturunan Suria. Brooklyn, New York, menjadi latar belakang dari berlangsungnya hubungan mereka. Film independen asal Amerika yang diproduksi oleh Cicala Filmworks ini membuka narasi dengan menunjukan bagaimana Rochel dan Nasira yang bekerja sebagai guru baru di sebuah sekolah umum menghadirkan identitas yang berbeda dari guru-guru lainnya. Identitas Yahudi dan Islam yang dihadirkan sempat dijadikan sorotan oleh murid-murid dan kepala sekolah mereka.
Persahabatan mereka pun diwarnai dengan bagaimana mereka bercerita tentang tradisi yang dimiliki masing-masing, hingga masalah perjodohan beserta dilemanya yang dimiliki keduanya. Rochel sebagai Yahudi Ortodoks harus menentukan pilihan atas lelaki yang disiapkan oleh semacam mak comblang. Mak comblang ini berfungsi untuk menyaring lelaki mana yang pantas dan tentunya harus Yahudi Ortodoks. Nasira sendiri pun sebagai seorang wanita Islam diharuskan untuk memilih jodoh atas restu dari ayahnya sebagai wali. Percakapan yang masih tabu terkait laki-laki di antara mereka juga menunjukan bagaimana tradisi keduanya yang mengharuskan mereka menjaga jarak dengan laki-laki saat orang-orang di sekitarnya berinteraksi cukup dekat dengan laki-laki.
Film produksi tahun 2007 ini juga menampilkan dilema dalam menjalankan tradisi yang dialami oleh keduanya dalam lingkungan yang plural. Dilema pun ditunjukan saat Nasira memutuskan untuk menolak perjodohan dari ayahnya dan Rochel kabur dari rumah untuk menemui saudaranya yang memutuskan keluar dari tradisi Yahudi Ortodoks. Keduanya sempat mencoba untuk keluar dari tradisi yang masih dijalankan dalam keluarga mereka.
Tradisi yang dijaga oleh mereka pun dipandang aneh oleh orang-orang di sekeliling mereka, mulai dari murid-muridnya, hingga kepala sekolah tempat mereka bekerja. Kepala sekolah mereka juga sempat menekankan adanya kebebasan untuk memilih, telah berkembangnya gerakan wanita, dan sebagainya. Namun pada akhirnya kebebasan untuk memilih yang ada sendiri menjadikan mereka memilih untuk tetap menjaga tradisi dan identitas mereka, walaupun mereka sempat memiliki peluang untuk keluar dari tradisi tersebut. Arrenged menghadirkan wacana alternatif terkait pemaknaan dari kebebasan memilih.
Film Arranged menggambarkan pula bagaimana toleransi bekerja dalam masyarakat yang beragam. Ia menegaskan bagaimana toleransi dapat dibangun melalui diri sendiri. Persahabatan dalam film ini mencoba untuk meruntuhkan stigma masyarakat terkait hubungan Islam-Yahudi yang pada dasarnya merupakan sebuah representasi yang dihadirkan secara berkelanjutkan di media, serta kaitannya dengan permalasahan ekonomi-politik, dapat berjalan secara harmonis.
Arranged juga mengenalkan bagaimana budaya dalam Islam dan Yahudi Ortodoks bekerja dalam ranah perjodohan. Dengan latar belakang sejarah, agama, dan geografi, tidak mengherankan ketika Islam dan Yahudi Otrodoks memiliki kesamaan yang cukup banyak. Arranged menghadirkan budaya-budaya, serta pemikiran mereka, melalui percakapan, serta bagaimana para tokoh menaruh posisi mereka dalam masyarakat yang plural.
Film Arranged: Friendship Has No Religion
Persahabatan mereka pun diwarnai dengan bagaimana mereka bercerita tentang tradisi yang dimiliki masing-masing, hingga masalah perjodohan beserta dilemanya yang dimiliki keduanya. Rochel sebagai Yahudi Ortodoks harus menentukan pilihan atas lelaki yang disiapkan oleh semacam mak comblang. Mak comblang ini berfungsi untuk menyaring lelaki mana yang pantas dan tentunya harus Yahudi Ortodoks. Nasira sendiri pun sebagai seorang wanita Islam diharuskan untuk memilih jodoh atas restu dari ayahnya sebagai wali. Percakapan yang masih tabu terkait laki-laki di antara mereka juga menunjukan bagaimana tradisi keduanya yang mengharuskan mereka menjaga jarak dengan laki-laki saat orang-orang di sekitarnya berinteraksi cukup dekat dengan laki-laki.
Film produksi tahun 2007 ini juga menampilkan dilema dalam menjalankan tradisi yang dialami oleh keduanya dalam lingkungan yang plural. Dilema pun ditunjukan saat Nasira memutuskan untuk menolak perjodohan dari ayahnya dan Rochel kabur dari rumah untuk menemui saudaranya yang memutuskan keluar dari tradisi Yahudi Ortodoks. Keduanya sempat mencoba untuk keluar dari tradisi yang masih dijalankan dalam keluarga mereka.
Tradisi yang dijaga oleh mereka pun dipandang aneh oleh orang-orang di sekeliling mereka, mulai dari murid-muridnya, hingga kepala sekolah tempat mereka bekerja. Kepala sekolah mereka juga sempat menekankan adanya kebebasan untuk memilih, telah berkembangnya gerakan wanita, dan sebagainya. Namun pada akhirnya kebebasan untuk memilih yang ada sendiri menjadikan mereka memilih untuk tetap menjaga tradisi dan identitas mereka, walaupun mereka sempat memiliki peluang untuk keluar dari tradisi tersebut. Arrenged menghadirkan wacana alternatif terkait pemaknaan dari kebebasan memilih.
Film Arranged menggambarkan pula bagaimana toleransi bekerja dalam masyarakat yang beragam. Ia menegaskan bagaimana toleransi dapat dibangun melalui diri sendiri. Persahabatan dalam film ini mencoba untuk meruntuhkan stigma masyarakat terkait hubungan Islam-Yahudi yang pada dasarnya merupakan sebuah representasi yang dihadirkan secara berkelanjutkan di media, serta kaitannya dengan permalasahan ekonomi-politik, dapat berjalan secara harmonis.
Arranged juga mengenalkan bagaimana budaya dalam Islam dan Yahudi Ortodoks bekerja dalam ranah perjodohan. Dengan latar belakang sejarah, agama, dan geografi, tidak mengherankan ketika Islam dan Yahudi Otrodoks memiliki kesamaan yang cukup banyak. Arranged menghadirkan budaya-budaya, serta pemikiran mereka, melalui percakapan, serta bagaimana para tokoh menaruh posisi mereka dalam masyarakat yang plural.
Film Arranged: Friendship Has No Religion
Comments
Post a Comment